Dinding Baru
Posted on Selasa, 21 Agustus 2012 @ 18.43 < 0 comments >
Autumn Song, By Paul Verlaine 
Translation by Eli Siegel 
The long sighs
Of the violins
Of autumn
Hurt my heart
With a languor
Of sameness.


All stifling
And pale, when
The hour sounds,
I remember
Days of once
And I weep.


And I let myself go
With the evil wind
Which carries me
Here, beyond,
Like the leaf
Which has died.


Rasanya terlalu melankolis dan nggak tepat waktu untuk membahas ini. Tapi sudahlah, biar saja, I need my space. But Happy Eid Mubarak everyone!! Sorry for all mistakes... Let's start with a white new heart and soul... :*

Back to the topic, aku sedang membaca ulang 9 Summers 10 Autumns-nya Om Iwan Setyawan untuk tugas resensiku. Dan aku menemukan penggalan dari puisi Paul Verlaine di bait terakhirnya. Buku itu sangat bagus, kaya akan cuplikan literature, dan semangat luar biasa. Motivasi, juga kesederhanaan, dan cerita beratnya hidup yang tidak-atau-belum kulewati. Yah talk about it latter... 

Back! Oh this is crap! Mengecat ulang tembok rumah memang akan kami(baca:keluargaku) lakukan, setidaknya dalam perkiraanku. Tapi kedua oarng tuaku, terutama ibuku mempunyai pendapat lain. Warna kuning pastel yang biasa kulihat setiap membuka pintu kamar telah berganti dengan ungu-pink-semi-kecoklatan, ah entahlah. Lihatlah sendiri. Intinya terkesan aneh dipadukan dengan hijau jasmine dulux. 

Warnanya tidak sepadu cat-cat yang biasa melapisi tembok rumahku. Tapi butuh keberanian untuk memberikan warna baru pada dinding rumah kami-katanya. Tidak selamanya semua itu padu, yang bagus di mata-mu belum tentu selalu di mata-ibu- kata Ibu. Begitu banyak perdebatan muncul ketika pernyataan kami tak satu padu. Kenyataannya toh sering terjadi.

Seperti sebuah clue dari-Nya. Aku suka bermain clue (Crap!) Ya, butuh keberanian untuk memberikan warna baru pada hidup. Aku tak tahu sudahkah aku memulainya? Sebuah surat tiba hari ini, cukup membuatku mencoba (lagi) memberanikan diri memulai warna baru. 

Aku belum mendapatkan jawaban atas apa yang kucari dan selalu menjadi bayangan. Namun aku tahu aku tidak akan mendapatkan jawaban atas apa yang kucari dan selalu menjadi bayangan. Karena tak akan pernah kutanyakan. Dan aku sampai kapan pun, mungkin takkan sempat menjawab pertanyaan lampau yang telah kau tanyakan.

Dan berakhirlah semua ini.

Seperti cat ungu-pink-semi-kecoklatan yang akan selalu kulihat saat aku membuka mata di esok hariku. Seperti itu pula kulihat pagiku sebagai lembar baru.

Tembok kuning itu sudah penuh oleh memori kecilmu. Maka di tembok-tembok bercat baru akan kutorehkan sedikit dari yang kubisa untuk memulai menyisakan kenangan baru. Seperti setiap polesan kuas menutup warna kuningnya, pelan-pelan, insyaAllah. 

  

Label: , , , ,